Adanya globalisasi di era saat ini seolah menjadi roda penggerak peradaban hidup manusia setelah beberapa lamanya sempat tersendat oleh kejumudan. Sebuah konsep yang digaungkan secara universal berhasil merambah masuk hampir keseluruh tempat disemua belahan dunia. Kehadirannya membawa perubahan yang sangat signifikan hampir disemua sektor kehidupan, terlebih pada sektor teknologi dan industri yang pada akhirnya memaksa para penduduk dunia agar mampu untuk segera beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan tersebut.
Tujuan utama dari adanya globalisasi adalah menciptakan peradaban hidup manusia yang dinamis namun tetap efisien untuk dijalani, terlepas dari seberapa banyak sumber daya alam dan manusia yang tersedia. Maka demi merealisasikan tujuan tersebut, tidak heran bila salah satu konsep yang dicanangkan dalam menggaungkan globalisasi adalah adanya ruang keterbukaan dan kebebasan bagi setiap individu dalam hal apapun yang pada akhirnya menimbulkan berbagai macam dampak baik dari segi positif ataupun negatif.
Dampak-dampak yang dihasilkan seiring dengan adanya konsep tersebut sering menjadi topik pembicaraan yang hangat untuk diperbincangkan oleh banyak kalangan, terlebih ketika persoalan yang diangkat masuk kedalam ranah pendidikan. Menganalisis, menguji dan mengkaji adalah sebagian dari kegiatan yang hampir terus dilakukan terutama oleh para kalangan akademisi demi menjawab persoalan-persoalan tersebut dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peluang dan tantangan yang ditawarkan globalisasi bagi dunia pendidikan.
Bagi para kalangan akademisi tentu mahir dalam membaca sebuah peluang dan juga cakap dalam memperhitungkan suatu tantangan adalah seni akademik yang harus dikuasai. Hal tersebut dikarenakan globalisasi yang menawarkan konsep keterbukaan dan kebebasan kepada dunia bila tidak dibarengi dengan disiplin keilmuan yang baik dan benar maka hanya akan membawa manusia kembali ke masa jumud dengan wajah yang berbeda.
Dari sekian banyaknya kalangan akademisi, para sarjana pendidikan Bahasa arab termasuk yang memiliki beban tanggung jawab untuk ikut serta memikul persoalan tersebut. Alih-alih hanya ikut andil dalam menyelesaikan persoalan yang ada, titik fokus yang diberatkan pada penyelesaian persoalan tersebut seharusnya bisa diimplementasikan menjadi bahan dasar pegangan sebagai acuan untuk mengetahui seberapa besar peluang yang tersedia, dan juga untuk memprediksi seberapa besar tantangan yang akan dihadapi para sarjana pendidikan Bahasa arab kelak didalam mengajarkan Bahasa arab kepada peserta didik diatas panggung globalisasi.
Ada banyak peluang sebenarnya yang ditawarkan globalisasi bagi sarjana pendidikan Bahasa Arab dalam membantu efektifitas pembelajaran Bahasa arab, diantaranya ialah adanya metode pengajaran berbasis teknologi modern bagi para pendidik dan peserta didik, kebebasan menggunakan istilah-istilah arab di Instansi pendidikan dan tempat-tempat umum serta keterbukaan penyediaan lapangan kerja bagi para sarjana PBA baik dalam skala nasional ataupun internasional.
Namun terlepas dari itu semua globalisasi juga memberikan tantangan yang cukup berat bagi para sarjana PBA. Dekadensi moral dari para calon peserta didik, persaingan ketat dengan jurusan keilmuan lainnya, hingga sampai pada taraf diskriminasi yang mengklaim bahwa Bahasa arab identik dengan ajaran radikalisme adalah sebagian gambaran dari adanya tantangan-tantangan tersebut.
Maka dengan adanya ini semua, diharapkan bagi seluruh akademisi terkhususnya para sarjana PBA agar lebih cermat dan pandai lagi untuk terus berinovasi dalam dunia pendidikan guna menghadapi arus deras globalisasi. Karena bila hanya bersandarkan pada kepiawaian beretorika menggunakan Bahasa arab, hal itu tidak akan mungkin cukup untuk dijadikan bekal sebagai modal bersaing diatas panggung globalisasi. Butuh adanya nilai tambahan yang akan membantu pembelajaran Bahasa arab menjadi salah satu cabang jurusan keilmuan yang memiliki tempat dimata dunia.
Penulis : ‘Abdullah ‘Umar